Demo Ala Srikandi dan Pergiwo
Demo Ala Srikandi dan Pergiwo. Semboro sangat kebingunan melihat ulah Srikandi yang membawa wanita amarta menuju taman madukoro. Sembodro bingung lantaran Srikandi datang untuk memimpin demo atas kebijakan yang diambil, yaiti subo sito tentang memakai pakaian pisowanan di keraton amarta, khususnya bagi kaum wanita amarta.
Kedatangan Srikandi beserta rombongan walaupun hanya naik becak yang dikayuh oleh para batut-batur Amarta yaitu Gareng, Petruk dan Bagong sudah membuat kerepotan Sembodro.Bagimana tidak repot, lha wong Srikandi cs datang dengan pakaian separo dengan celana panjang dan separo dengan rok mini. Yang membuat bingung lagi, Gareng, Petruk dan bagong justru memakai rok istri-istrinya dalam mengayuh becak yang ditumpangi para bendoro-bendoronya untuk berdemo.
"Srikandi, kamu itu apa-apaan sih, mengapa tiba-tiba kamu datang ke taman madukoro dengan cara semacam ini, memimpin demo segala, apa sih yang kamu inginkan?" tanya sembodro dengan hati yang kesal.
"Ya kami-kami ini tidak puas atas kebijakan yang bibi Sembodro ambil," terik Pergiwo dengan lantang. ya pokoknya aku juga tidak stuju kalau pakaian untuk pisowanan di Amarta terlalu mengekang kebebasan, kata Pergiwati tidak kalah ketusnya.
"Maksudnya kebebasan menurutmu apa he Pergiwati?" tanya Sembodro semakin jengkel melihat ulah keluarga wanita Amarta kok bisa menentang kebijakan yang sudah diambil oleh Sembodro.
"Gini lho kakang mbok Sembodro," Srikandi mengambil alih jawaban yang ditujukan kepada Pergiwati, "kami ini para wanita Amarta sebenarnya bukan soal aturan mainnya, akan tetapi kebijakan uang kakang mbok ambil bisa merugikan wanita-wanita Amarta juga. Lha alasanku, belum bisa mewakili kepentingan para wanita, tapi sekali lagi bukan karena alasan kami gak patuh aturan dan gak mau disiplin lho kakang mbok"
"Kepentingan yang mana yang kamu maksud Sri, bukankah ini wujud implementasi peraturan yang wajib dilaksanakan oleh para wanita Amarta?" kata Sembodro balik bertanya pada Srikandi. Trus soal pakaian wanita Amarta kan sudah ada dari dulu kalau aturannya gini-gitu dan sekali lagi sebuah aturan harus dipatuhi dan dilaksanakan.
"Tidak bisa," tiba-tiba Pergiwo emosi tanpa kontrol hngga gebrak-gebrak meja Sembodro. "mestinya bibi Sembodro melihat kondisi yang ada sekarang, apakah kebijakan ini merupakan hal yang sangat prinsip dan mestinya bibi Sembodro juga terlebih dahulu harus mengakomodir suara-suara wanita Amarta yang kurang sepaham atau sependapat dengan bibi Sembodro. Coba mereka sudah memhami soal pakaian pisowanan dengan berbagai argumen, pandangan yang tidak saja dilihat dari aspek aturan, kewajiban, kondisi dan ekonomi".
Kok aneh to alasanmu he Pergiwo," bentak Sembodro ikut-ikutan emosi mendengar alasan-alasan yang diungkapkan oleh Pergiwo. "Aku ini juga wanita seperti kalian ini. Namun yang harus dipahami aku ini juga menjalankan perintah atasan yang dalam hal ini adalah kakang mas Arjuna. jadi kalau kalian tidak setuju ya demonya jangan ke aku tapi ke kakang Arjuna yang lebih berkompeten soal pakaian pisowanan wanita Amarta"
"Lha kakang mbok kan sebagai kepanjangan tangan kakang mas Arjuna mestinya ya harus tau, paham dan mengerti apa soal kebijakan ini. Coba kang mbok renungkan kaum wanita Amarta juga punya alasan soal pakaian sekarang, tidak hanya melihat dari sisi aturan yang ada, tapi bagaimana aturan yang ada mestinya dari dulu yang harus diterapkan, jangan sampai tidak konsisten, sementara sudah lama aturan ini tidak mutlak dilaksanakan. Punggawa wanita di Amarta sudah terlanjur mempersiapkan aturan pakaian pisowanan Amarta dilihat dari keluwesannya,. Artinya luwes mungguhing diri, luwes mungguhing projo, lan luwes mungguhing liyan," jawab Srikandi membuat Sembodro tercenung sejenak.
"Dan yang saya tau, mereka juga mempunyai pandangan soal pakaian pisowanan dikaitkan dengan kesetaraan gender. Ini kan namanya kurang adil bagi wanita to, mengapa pakaian pisowanan menjadi masalah yang ribet dan mestinya tidak jadi begini kalau kakang mbok dari dulu menunjukkan konsistensinya dalam hal aturan pakaian pisowanan wanita Amarta. Marilah kita duduk bareng, jangan menyelesaikan masalah hanya mengunakan aturan saja. Tapi nampakny soal pakaian sudah memasuki ranah pribadi, privasi harga diri dan sopan santun. Mari bicarakan soal keluwesannya dan kepentingannya apa, agar tidak menjadi masalah yang kurang baiak dari sisi yang mempengaruhi pro dan kontra soal ini," kata Srikandi memberikan alasannya.
Sembodro malah hanya diam terpekur mendengar ungkapan Srikandi. dia hanya berdiam diri dan tak tau apa yang harus dilakukan agar semua aturan dapat memberikan kebermaknaan baik dari segi aturan, disiplin dan perubahan kondisi kehidupan sosial yang sekarang menjadi titik pencermatan dalam pola dan perilaku dalam bermasyarakat, dan bernegara, terlebih dalam konteks pelaksanaan bagi aparatur.
tiba-tiba Bagong mengagetkan keterpekuran Sembodro, Gareng, Petruk sebenarnya dari tadi juga bingung melihat bendoro-bendoronya bertengkar soal pakian. " Tau ndak ndoro Sembodro, kemarin saya melihat wanita Amarta hanya diem saja gak mau turun-turun dari tangga, dia seperti ketakutan karena sesuatu, dia hanya mepet tembok," kata Bagong.
"Lha kenapa gong?' tanya gareng penasaran. "Lha wong ndoro arjuno nggak mau pergi pergi dari tangga, malah ndoro Arjuno ngeiatin atas terus, padahal kemarin ndoro Pergiwo pakai rok mini," jawab Bagong.
"Ooooo, layak gong, jadi besok banyak orang tengeng Gong......
Kedatangan Srikandi beserta rombongan walaupun hanya naik becak yang dikayuh oleh para batut-batur Amarta yaitu Gareng, Petruk dan Bagong sudah membuat kerepotan Sembodro.Bagimana tidak repot, lha wong Srikandi cs datang dengan pakaian separo dengan celana panjang dan separo dengan rok mini. Yang membuat bingung lagi, Gareng, Petruk dan bagong justru memakai rok istri-istrinya dalam mengayuh becak yang ditumpangi para bendoro-bendoronya untuk berdemo.
"Srikandi, kamu itu apa-apaan sih, mengapa tiba-tiba kamu datang ke taman madukoro dengan cara semacam ini, memimpin demo segala, apa sih yang kamu inginkan?" tanya sembodro dengan hati yang kesal.
Silahkan baca juga : Mimpi Sang Penjaja Koran"Mbakyu Sembodro, apakah mbakyu tidak merasa kedatangan kami ini juga karena kebijakan mbakyu soal pakaian pisowanan bagi para wanita-wanita Amarta?" Srikandi balik bertanya dengan tidak kalah ketusnya.
"Ya kami-kami ini tidak puas atas kebijakan yang bibi Sembodro ambil," terik Pergiwo dengan lantang. ya pokoknya aku juga tidak stuju kalau pakaian untuk pisowanan di Amarta terlalu mengekang kebebasan, kata Pergiwati tidak kalah ketusnya.
"Maksudnya kebebasan menurutmu apa he Pergiwati?" tanya Sembodro semakin jengkel melihat ulah keluarga wanita Amarta kok bisa menentang kebijakan yang sudah diambil oleh Sembodro.
"Gini lho kakang mbok Sembodro," Srikandi mengambil alih jawaban yang ditujukan kepada Pergiwati, "kami ini para wanita Amarta sebenarnya bukan soal aturan mainnya, akan tetapi kebijakan uang kakang mbok ambil bisa merugikan wanita-wanita Amarta juga. Lha alasanku, belum bisa mewakili kepentingan para wanita, tapi sekali lagi bukan karena alasan kami gak patuh aturan dan gak mau disiplin lho kakang mbok"
"Kepentingan yang mana yang kamu maksud Sri, bukankah ini wujud implementasi peraturan yang wajib dilaksanakan oleh para wanita Amarta?" kata Sembodro balik bertanya pada Srikandi. Trus soal pakaian wanita Amarta kan sudah ada dari dulu kalau aturannya gini-gitu dan sekali lagi sebuah aturan harus dipatuhi dan dilaksanakan.
"Tidak bisa," tiba-tiba Pergiwo emosi tanpa kontrol hngga gebrak-gebrak meja Sembodro. "mestinya bibi Sembodro melihat kondisi yang ada sekarang, apakah kebijakan ini merupakan hal yang sangat prinsip dan mestinya bibi Sembodro juga terlebih dahulu harus mengakomodir suara-suara wanita Amarta yang kurang sepaham atau sependapat dengan bibi Sembodro. Coba mereka sudah memhami soal pakaian pisowanan dengan berbagai argumen, pandangan yang tidak saja dilihat dari aspek aturan, kewajiban, kondisi dan ekonomi".
Kok aneh to alasanmu he Pergiwo," bentak Sembodro ikut-ikutan emosi mendengar alasan-alasan yang diungkapkan oleh Pergiwo. "Aku ini juga wanita seperti kalian ini. Namun yang harus dipahami aku ini juga menjalankan perintah atasan yang dalam hal ini adalah kakang mas Arjuna. jadi kalau kalian tidak setuju ya demonya jangan ke aku tapi ke kakang Arjuna yang lebih berkompeten soal pakaian pisowanan wanita Amarta"
"Lha kakang mbok kan sebagai kepanjangan tangan kakang mas Arjuna mestinya ya harus tau, paham dan mengerti apa soal kebijakan ini. Coba kang mbok renungkan kaum wanita Amarta juga punya alasan soal pakaian sekarang, tidak hanya melihat dari sisi aturan yang ada, tapi bagaimana aturan yang ada mestinya dari dulu yang harus diterapkan, jangan sampai tidak konsisten, sementara sudah lama aturan ini tidak mutlak dilaksanakan. Punggawa wanita di Amarta sudah terlanjur mempersiapkan aturan pakaian pisowanan Amarta dilihat dari keluwesannya,. Artinya luwes mungguhing diri, luwes mungguhing projo, lan luwes mungguhing liyan," jawab Srikandi membuat Sembodro tercenung sejenak.
"Dan yang saya tau, mereka juga mempunyai pandangan soal pakaian pisowanan dikaitkan dengan kesetaraan gender. Ini kan namanya kurang adil bagi wanita to, mengapa pakaian pisowanan menjadi masalah yang ribet dan mestinya tidak jadi begini kalau kakang mbok dari dulu menunjukkan konsistensinya dalam hal aturan pakaian pisowanan wanita Amarta. Marilah kita duduk bareng, jangan menyelesaikan masalah hanya mengunakan aturan saja. Tapi nampakny soal pakaian sudah memasuki ranah pribadi, privasi harga diri dan sopan santun. Mari bicarakan soal keluwesannya dan kepentingannya apa, agar tidak menjadi masalah yang kurang baiak dari sisi yang mempengaruhi pro dan kontra soal ini," kata Srikandi memberikan alasannya.
Sembodro malah hanya diam terpekur mendengar ungkapan Srikandi. dia hanya berdiam diri dan tak tau apa yang harus dilakukan agar semua aturan dapat memberikan kebermaknaan baik dari segi aturan, disiplin dan perubahan kondisi kehidupan sosial yang sekarang menjadi titik pencermatan dalam pola dan perilaku dalam bermasyarakat, dan bernegara, terlebih dalam konteks pelaksanaan bagi aparatur.
tiba-tiba Bagong mengagetkan keterpekuran Sembodro, Gareng, Petruk sebenarnya dari tadi juga bingung melihat bendoro-bendoronya bertengkar soal pakian. " Tau ndak ndoro Sembodro, kemarin saya melihat wanita Amarta hanya diem saja gak mau turun-turun dari tangga, dia seperti ketakutan karena sesuatu, dia hanya mepet tembok," kata Bagong.
"Lha kenapa gong?' tanya gareng penasaran. "Lha wong ndoro arjuno nggak mau pergi pergi dari tangga, malah ndoro Arjuno ngeiatin atas terus, padahal kemarin ndoro Pergiwo pakai rok mini," jawab Bagong.
"Ooooo, layak gong, jadi besok banyak orang tengeng Gong......
EmoticonEmoticon